INFOGRESIK – Tak hanya peduli pada anak stunting saja, PKK Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, melalui relawan Randuboto Peduli Difabel (RPD), terus menunjukkan kepedulian terhadap anak-anak difabel.
Berdiri sejak tahun 2022 silam, RPD terus menjalin kolaborasi dengan perguruan tinggi demi memberikan pelayanan terbaik. Seperti kerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dan menghadirkan dokter-dokter untuk melakukan pemeriksaan medis kepada anak berkebutuhan khusus (ABK), Sabtu (10/5/2025).
Tak hanya menyasar warga Randuboto, tapi juga dari desa lainnya, yakni Desa Ngawen, Desa Kauman, Desa Pengulu, Desa Sidomulyo Kecamatan Sidayu, hingga Desa Glatik Kecamatan Ujungpangkah. Tak heran, Randuboto kini dikenal sebagai desa ramah disabilitas.
“Kami memberikan pendampingan gratis untuk warga Desa Randuboto. Sementara yang luar desa baru 2 bulan ini dikenai biaya Rp20 ribu per sesi, namun untuk anak yatim tetap gratis,” ungkap Ketua TP PKK Desa Randuboto, Inayatul Fardah.
Istri dari Kepala Desa Randuboto, Andhy Sulandra, ini mengatakan, pihaknya menghadirkan layanan tiga kali seminggu yang dipusatkan di Balai Desa. Para disabilitas diperiksa rutin dan mendapatkan terapi serta pembelajaran interaktif langsung dari tutornya.
“RPD aktif tiga kali dalam seminggu, yakni setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu,” ujarnya.
RPD, kata Inayatul, memberikan tiga layanan utama, yaitu fisioterapi, edukasi, dan terapi wicara. Layanan ini telah menyentuh 47 penyandang disabilitas di Randuboto, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
“Selain itu, telah dilakukan skrining awal dan penyuluhan bagi guru serta kader posyandu agar lebih peka terhadap gangguan tumbuh kembang,” kata Inayatul.
Sebagai informasi, Desa Randuboto memiliki lima posyandu aktif, dan RPD diperkuat oleh 11 relawan yang berasal 9 warga Randuboto dan 2 dari luar desa.
Baca juga: Kunjungi TPS3R Desa Randuboto, Puluhan Warga Bawean Kagum Tak Cium Bau Sampah
Perwakilan dari Unair, Prof. Imam, menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat dengan fokus utama pada deteksi dini tumbuh kembang anak di desa.
“Melalui kolaborasi ini, kami mengajak orang tua, guru, dan kader untuk memahami pentingnya deteksi dini gangguan tumbuh kembang. Jika bisa dikenali lebih awal, anak-anak dapat segera ditangani dan dilatih agar tumbuh dengan optimal,” kata Prof. Imam.
Dia menambahkan, dalam proses edukasi ini, pasien menjadi guru, dan dokter serta dosen hanya menjadi perantara ilmu untuk saling berbagi pengalaman.
“Sehingga nantinya kami bisa mendapatkan manfaat, dan desa juga tentunya mendapatkan manfaat,” ucapnya.
Selain dengan Unair, sejak 2022 lalu, pihak desa juga telah menjalin kerja sama (MoU) dengan Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) dalam upaya peningkatan kapasitas dan edukasi.