INFOGRESIK – Puluhan orang dari 4 desa di Pulau Bawean, Selasa (6/5/2025) pagi, mengunjungi Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS3R) Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik.
Kedatangan warga asal Desa Pudakit Barat, Desa Gunungteguh, Desa Kumalasa dan Desa Sidogedungbatu, Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik, tersebut, untuk belajar mengolah sampah. Mereka kaget begitu sampai di TPS3R, karena tak mencium bau sampah.
Kepala Desa Randuboto, Andhi, didampingi Ketua KPP Randuboto, Jurito, dan perangkat desa serta PKK, pun memberikan penjelasan tentang pengolahan hingga alur penanganan sampah yang mereka lakukan.
“Kami ada 4 petugas pengambilan sampah yang berkeliling ke rumah-rumah warga dan dibawa ke TPS3R. Selanjutnya ada 10 orang yang bertugas memilah sampah,” kata Kades, Andhi.
Meski penanganan sampah tak mudah, lanjut Andhi, pihaknya terus berkomitmen untuk mengatasi persoalan sampah. Salah satunya dengan membangun TPS3R. “Awalnya gak ada yang mau menjadi petugas pemilah sampah karena bau,” kenangnya.
Setelah ditelusuri, ternyata sumber bau tersebut berasal dari sampah sisa-sisa makanan yang dibuang. Kemudian terpikirkan untuk mengatasi sampah sejak dari rumah.
“Waktu itu saya mulai sendiri di rumah dengan membuat lubang biopori organik dari timba bekas untuk membuang sisa-sisa makanan. Alhamdulillah, berhasil terurai di tanah,” ungkapnya.
Kesuksesan ini yang kemudian oleh Andhi diterapkan ke perangkat desa, BPD hingga warga. Mereka membuat biopori organik di rumah masing-masing.
“Awalnya banyak yang sambat karena timbul bau dan keluar belatung. Namun kini mereka sudah terbiasa,” ujarnya.
Tak sampai di situ, agar warga taat, maka Pemerintah Desa Randuboto membuat peraturan desa (Perdes) berisikan, tentang kewajiban setiap warga yang mau mengurus berkas atau surat, mereka harus membuat 2 biopori organik dan menanam pohon yang dibuktikan dengan mendapat surat atau bukti keterangan dari RT/RW.
“Dari tahun 2024 hingga kini, total sudah ada 1.000 lebih biopori organik yang ada di Desa Randuboto,” terangnya.
Berkat penanganan sampah organik sejak dari rumah inilah, akhirnya persoalan bau di TPS3R bisa diatasi dengan baik.
“Sekarang di TPS3R Randuboto, sudah tidak bau lagi. Kami juga buat kompos organik untuk tanaman. Sementara sampah kering, dipilah. Ada yang bisa dijual seperti botol minuman, kardus dan besi. Sedangkan untuk plastik dan kresek, dibakar di alat khusus,” tegasnya.
Berbagai inovasi juga dilakukan Kelompok Pemelihara dan Pemanfaat (KPP) TPS3R Randuboto. Termasuk pembuatan kompor berbahan bakar oli bekas dan minyak jelantah.
Baca juga: Antisipasi Kelangkaan Elpiji, Pemdes Randuboto Ciptakan Kompor Berbahan Bakar Minyak Jelantah
“Untuk kompor berbahan bakar minyak jelantah ini sudah kami produksi dan jual ke warga seharga Rp225.000. Semua kami lakukan demi bisa memanfaatkan limbah sisa penggorengan, sekaligus sebagai antisipasi kelangkaan gas elpiji,” ucap Andhi.
“Yang terpenting dalam mengolah sampah itu jangan memikirkan untung dulu. Tetapi bagaimana sampah bisa teratasi,” pesannya.
Sementara, Kepala Desa Pudakit Barat, Tobron, mengaku berterima kasih kepada Pemdes Randuboto yang sudah berbagi ilmu dalam mengelola sampah.
“Kaget tadi sampai sini (TPS3R Randuboto) tidak bau,” bebernya.
Dia menyampaikan, banyak hal penting yang didapatkan selama berkunjung ke TPS3R. Termasuk, sistem yang dijalankan sehingga orang betah saat berkunjung.
“Bagi kami yang menarik diterapkan adalah biopori organik di rumah-rumah warga. Soalnya tempat pemilahan sampah yang tidak bau sangat penting. Karena kalau bau orang tidak akan betah memilah,” kata Tobron bersemangat.

Senada, Kades Kumalasa, Idham Kholik, menyebut pihaknya sudah studi banding ke banyak tempat. Namun, baru contoh pengolahan sampah di Desa Randuboto yang bagus untuk diterapkan di wilayahnya.
“Pembuatan Perdes soal kewajiban membuat biopori organik di setiap rumah warga akan kami bahas. Mudah-mudahan bisa diterapkan,” harapnya.
Usai berkunjung ke TPS3R, rombongan diajak melihat Balai Desa Randuboto, Kantor Bumdes, naik kapal dan menikmati makanan di samping tambak wilayah Brang Wetan.