INFOGRESIK – Aksi demo ratusan warga Desa Wotan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik di PT Avia Avian Industri Pipa belum membuahkan hasil. Padahal aksi protes ini sudah berlangsung selama 8 jam, yakni dari pukul 8.00 sampai 16.00 Wib.
Massa aksi tak hanya berasal dari para pemuda saja, tetapi juga bapak, ibu serta perangkat Desa Wotan. Mereka sejak pagi menggelar demo di depan perusahaan dan memblokade jalan pantura. Akibatnya, sempat terjadi kemacetan kiloan meter.
Penutupan jalan itu sempat membuat para sopir emosi. Meski begitu, demo tetap berlangsung damai. Arus lalu lintas kembali normal usai pendemo membukakan jalan.
Sempat dilakukan mediasi antara Muspika Panceng, pemerintah desa serta aliansi warga dengan perwakilan manajemen. Akan tetapi tak ada kesepakatan yang dihasilkan.
Korlap Aksi Irvan Wahyudi mengatakan, aksi kali ini tidak ada kesepakatan apapun, pihak perusahaan juga tidak mau tanda tangan MoU yang disodorkan warga.
“Kita tak akan menyerah, dan akan melakukan aksi lebih besar lagi, kami hanya menuntut agar warga desa dipekerjakan,” katanya.
Irvan menambahkan, pihak perusahaan bersikukuh tak meneken karena tidak ada kewenangan. Dia pun menyayangkan sikap perusahaan yang tak kooperatif.
“Tuntutan pihak Avian sama mereka bersikukuh kita buat, inginnya tiga poin yang dibuat mereka,” terangnya.
Pada Kamis lalu (13/10), pihak perusahaan sudah berjanji bakal memberi keputusan terhadap tuntutan warga. Mulai dari memprioritaskan tenaga kerja asal Wotan, hentikan segala bentuk intimidasi terhadap pekerja, hingga pemberian CSR.
Sebelumnya juga, pada Rabu kemarin, pihak perusahaan Avia Avian, pemerintah desa, aliansi warga, serta Muspika Panceng bertemu di balai Desa Wotan. Namun, pertemuan dari pukul 16.00-20.30 WIB itu tak ada hasilnya.
“Kita bertemu kemarin tapi tuntutan kami tak disepakati, pihak Avia Avian tak mau tandatangan,” ungkap salah satu mediator Aliansi Warga Wotan, Didik Sihabul Millah.
BACA JUGA: Janji Tak Dipenuhi, Warga Wotan Gresik Blokade Jalur Pantura
Didik menyatakan, salah satu poin tuntutan adalah perusahaan harus mempekerjakan warga setempat dengan prosentase 70% karena tenaga kerja Non skill.
“Tenaga kerja non skill harus memprioritaskan warga lokal desa kami, hal ini karena masih banyak yang belum mendapatkan kerja,” ujarnya.
Ratusan warga kemudian membubarkan diri pada Pukul 16.00 Wib. Rencananya warga akan mengadakan pertemuan pada Kamis Malam nanti untuk menentukan langkah selanjutnya.