INFOGRESIK – Niat Yoraisa Ghany Setiawan asal Desa Sukomulyo, Kecamatan Manyar dalam mengenalkan lampion khas Gresik damar kurung akhirnya berbuah manis. Selain mengedukasi generasi milenial tentang cerita damar kurung, ia juga berhasil menjadi perempuan Gresik pertama peraih juara Raka Raki Jawa Timur setelah puasa gelar selama 27 tahun.
Capaian prestasi putri dari pasangan Yan Setiawan dan Yetti Kurnia Indah memang tak perlu diragukan lagi. Sejak di bangku sekolah Yoraisa sudah memiliki segudang prestasi. Baik dibidang akademik maupun non akademik. Seperti menjadi Juara 1 Yuk Gresik 2021, The Best Project Group Istanbul Youth Summit, Silver Medal WISPO ( World Innovation Science Project Olympiade), Silver Medal AISEEF (Asian Innovation Science Environmental and Entrepreneurs Fair) dan banyak lagi.
Alumni SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik itu bercerita, untuk meraih Juara Raka Raki Jawa Timur 2022 dirinya membutuhkan persiapan hampir 5 bulan. Salah satu program yang dilakukan Yoraisa adalah BERAKSI (Bersih, dan Asri dengan Aksi). Program ini berisi upaya dirinya dengan Cak Feri (Cak Gresik 2021) dalam melakukan pembersihan pada destinasi wisata.
Tak hanya itu saja, Yoraisa juga membuat program The untold story of Damar Kurung. Melalui sebuah video pendek dirinya mencoba mengenalkan damar kurung. Bahkan, Mahasiswi semester awal Teknik Industri Universitas Airlangga (Unair) sampai mengandeng Direktur Damar Kurung Institute Novan Effendy dan Yayasan Gang Sebelah.
“Lewat program ini saya ingin melestarikan damar kurung. Mungkin beberapa orang mengetahui bahwa Damarkurung itu iconnya Gresik, tetapi tidak banyak orang yang bagaimana sejarah dan apa esensinya,” kata Yoraisa.
Usai berhasil menyisihkan peserta dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur dan menjadi Raki pada grand final di Kota Surabaya pada 5 November 2022 lalu, Yoraisa bertekad akan terus berkontribusi untuk Jawa Timur. Seperti dengan mempromosikan destinasi wisata dengan cara milenial.
“Disinilah milenial mengambil peran. Bisa dengan promosi lewat media sosial, atau yang lebih bagus dengan masuk dalam komunitas yang berlandaskan lingkungan maupun manajerial tempat wisata. Dengan masuk dalam komunitas-komunitas tersebut, saya yakin rasanya nanti akan beda,” ungkapnya.