Tumpeng Setinggi 1,5 Meter di Haul Sesepuh Desa Pongangan Jadi Rebutan warga

oleh Khanif Rosidin
Warga berebut tumpeng setinggi 1,5 meter di haul KH Moh Syafi'i Desa Pongangan. (Foto: Khanif Rosidin)

INFOGRESIK – Ribuan warga Desa Pongangan, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik merayakan haul sesepuh desa setempat KH Moh Syafi’i. Dalam kegiatan tahunan tersebut juga ada tumpeng setinggi 1,5 meter dengan diameter 40 centimeter.

KH Moh Syafi’i dikenal sebagai sosok ulama besar, sekaligus pejuang kemerdekaan asal desa Pongangan. Ia juga dikenal dermawan, rela mewakafkan tanah miliknya demi kepentingan sosial. Seperti tempat pembangunan tempat ibadah, hingga lembaga pendidikan.

Sebelum diperebutan, terlebih dahulu tumpeng agung dan aneka hasil bumi dikirab sejauh 500 meter. Begitu sampai makam KH Moh Syafi’i, tumpeng di doakan dan langsung jadi rebutan ribuan warga.

“Meskipun hanya dapat nasi kuning, yang penting dapat berkahnya,” kata salah satu warga, Kholifah, Rabu (23/11/2022).

Warga yang lain juga berharap dapat berkah dari berebut tumpeng dalam haul yang sempat terhenti akibat pandemi Covid-19.  “Saya dapat sayur dan kue yang sudah hancur, enggak apa-apa, katanya biar dapat berkah,” ujar solikah.

Cucu KH Syafi’i, Ahmad Junaidi Mujaddid, mengatakan, peringatan haul juga dilaksanakan ziarah makam, khotmil qur’an, pengajian, ishari dan Ngaji Nggureng. Istilah Nggureng atau Nggereng berasal dari kata “Nggermemeng” yang berarti berbicara dengan suara lembut dan hanya sanggup diperdengarkan sendiri.

“Ngaji Nggureng merupakan tradisi kecintaan terhadap wali Allah dengan memanjatkan sholawat dan bacaan manaqib pada jam 12.00 tengah malam menggunakan nada suara lemah,” ujarnya.

Dikatakanya, haul ke-57 merupakan bentuk penghormatan dan kecintaan kepada para Kyai dan  Masayikh, yang merupakan Guru dan Teladan bagi kita. “Untuk itu kita wajib menghormati dan mendoakan beliau supaya tenang di alam sana,” terangnya.

Kirab tumpeng agung, lanjut pria yang akrab disapa Gus Juned, merupakan ungkapan syukur kepada Allah SWT  sekaligus menjadi media menyatukan warga. “Kita harus cermat nguri-nguri budaya kearifan lokal yang sarat pesan moral agar tetap lestari,” ungkapnya.

Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mengatakan ada 2 pesan yang didapat dari peringatan haul yakni mendo’akan serta mengenang kebaikan-kebaikan orang yang telah wafat. Kedua, kita sebagai generasi saat ini juga harus berdoa untuk keberkahan kita bersama.

“Jadi, sering-seringlah ziarah, jangan hanya saat tumpengan saja.” tuturnya.

Gus Yani sapaan akrab bupati menambahkan generasi saat ini memiliki tugas dalam melanjutkan perjuangan para pendahulunya. Mulai dari bidang agama hingga menyediakan sandang pangan.

“Hari ini kita bisa bercocok tanam karena dulu para pendahulu dan sesepuh kita juga bercocok tanam. Maka hari ini kita harus menirunya agar generasi kedepan mendapatkan manfaatnya.” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar