INFOGRESIK – Kebiasaan bermain gadget secara berlebihan membuat banyak anak-anak usia 7-15 tahun mengalami permasalahan pengelihatan. Untuk itu, dalam rangka memperingati World Sight Day atau Hari Penglihatan Sedunia, Klinik Mata KMU Gresik memberikan edukasi ke warga dengan turun ke jalan.
Dengan mengusung campaign Melihat #LebihJelas, tenaga medis dan tim dari Klinik Mata KMU Gresik berjalan menemui warga di Bundaran Perum Gresik Kota Baru (GKB) di Desa Randuagung, Kecamatan Kebomas, Kamis (10/10/2024).
Tak lupa, mereka membawa spanduk dan poster bertuliskan “Seharian Main Gadget, Nggak Kasihan Matanya?”, ada juga “Mata Sehat Adalah Investasi, Jaga Penglihatan!”, dan banyak lagi kalimat-kalimat edukasi kesehatan mata menarik lainnya.
Tak sampai di situ, warga juga mendapatkan edukasi kesehatan mata dan tes mata secara online di https://melihatlebihjelas.id/ untuk mengetahui kondisi penglihatan awal.
“Kebetulan sudah lama nggak periksa, eh ternyata bisa tes online sekarang, Alhamdulillah hasilnya normal. Tapi tetap perlu pemeriksaan ke dokter untuk tahu kondisi detailnya, apalagi saya sudah berumur” ujar Tutik Mulyaningsih (58) salah satu warga .
Sementara itu, Direktur sekaligus Dokter Spesialis Mata Klinik Mata KMU dr. Uyik Unari, SpM(K) menjelaskan, momen World Sight Day yang diperingati setiap Kamis kedua di bulan Oktober menjadi momen yang sangat tepat menyadarkan para orang tua untuk lebih peduli pada kesehatan mata anak.
“Kasus kelainan refraksi pada anak saat ini memang cukup tinggi, dan di klinik mata kami juga menjadi salah satu keluhan tertinggi selain Katarak,” ungkap dr. Uyik.
Dikatakannya, dari beberapa kegiatan pemeriksaan Klinik Mata KMU di sekolah & lembaga pendidikan selama 2024, tercatat 22,24% anak di Gresik telah menderita keluhan refraksi seperti nata minus dan silinder. Kondisi ini bisa dikarenakan beberapa hal, dan salah satunya disebabkan oleh tingginya penggunaan gadget sejak dini.
“Pada catatan terakhir hasil pemeriksaan kami bersama sekolah, sebanyak 254 dari 1.142
anak-anak di Gresik telah mengalami kelainan refraksi. Rata-rata di usia anak hingga remaja yang mana merupakan masa pertumbuhan. Ini merupakan kondisi yang sangat gawat karena jika tidak segera terdeteksi dan ditangani akan berpengaruh pada proses tumbuh kembang dan belajar.” kata dr. Uyik.