INFOGRESIK – Peristiwa dua perahu berpenumpang 16 orang yang tertimpa rumah kontainer milik Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) di Perairan Klampis, Madura disesalkan anggota Community Based Security.
Salah satunya disampaikan Rahmad Mubaroq, nelayan yang tercatat sebagai anggota Community Based Security. Menurutnya, dari daftar korban selamat dan belum ditemukan, ada dua nama yang pernah dia serahkan ke polisi, tepatnya ke Polsek Sepulu, Kabupaten Bangkalan. Mereka adalah Khotib dan Gopek.
Dalam data yang dilansir Polairut, Khotib masuk dalam daftar korban selamat dan dirawat di rumah Sakit. Sementara Gopek masih belum ditemukan.
“Sabtu pekan lalu, Khotib dan Gopek bersama dua temannya yakni Iqbal dan Koko saya serahkan ke polisi. Setelah dilakukan pemeriksaan, mereka berjanji tidak akan mendekati lagi Rig Taurus. Perjanjian itu di atas materai, saya juga ikut tanda tangan karena menjadi pelapor,” kata Mubaroq, Kamis (13/6/2024).
Mubaroq bercerita, pada Sabtu (8/6/2024) sekitar pukul 17.00 WIB ia melihat ada 4 orang yang mondar-mandir di atas Rig Taurus yang dikenal sebagai anjungan KE 2 (Kodeco Energy).
“Saya melihat mereka dari jarak sekitar 500 meter. Karena curiga dan khawatir keselamatan mereka, saya mendekat dan merayu agar mereka mau turun dari atas Rig,” kenangnya.
Pada awalnya mereka tidak mau, namun akhirnya empat orang ini turun dan dibawa oleh Mubaroq ke Polsek Sepuluh untuk diperiksa. Dalam pemeriksaan ternyata mereka tidak membawa KTP dan mengaku sebagai warga Bangkalan.
“Menurut pengakuannya, mereka tidak bermaksud jahat. Hanya memancing. Mereka juga mengaku warga Bangkalan. Ternyata mereka semua warga Gresik,” jelasnya.
Karena tidak ada barang yang diambil dan wilayah laut menjadi yuridiksi Satpolair, maka 4 orang itu dilepas setelah berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan mendekat Rig Taurus yang merupakan bagian dari Objek Vital Nasional (Obvitnas).
“Tapi nyatanya mereka kembali bahkan dengan jumlah personel yang lebih banyak. Pengakuan mereka juga berubah, bukan lagi memancing tetapi mencari besi tua,” ungkapnya.
Ditambahkan, Community Based Security yang merupakan bagian program PHE WMO bersama masyarakat di sekitar operasi migas untuk turut mengamankan aset sebagai Obvitnas yang harus dijaga bersama.
“Jadi saya sangat menyayangkan dan menyesalkan, mengapa mereka kembali. Coba mereka mematuhi komitmen tidak akan kembali ke Rig Taurus, tidak perlu ada kejadian ini,” katanya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, peristiwa naas yang menimpa 16 nelayan Kelurahan Kroman dan Kemuteran Gresik ini terjadi pada Selasa (11/6/2024) sekitar pukul 23.00 WIB. Bermula saat mereka mencari besi tua dengan menggunakan dua buah perahu di Perairan Klampis, Madura, namun tiba-tiba terjadi cuaca buruk.
Para nelayan itu kemudian berhenti dan berteduh di rumah kontainer milik PHE WMO. Akan tetapi, bangunan untuk berteduh ini justru roboh dan menimpa mereka.
Dari 16 nelayan, 8 orang diantaranya berhasil selamat. Sementara 8 orang lainnya hilang. Setelah dilakukan pencarian, 1 orang bernana Safak warga Kelurahan Kroman akhirnya berhasil ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada Kamis (13/6/2024). Sedangkan 7 orang lainnya bernama Wawan, Aris, M. Lutfi, Mulyono, Abdul Ghofar, Oji dan Haris masih belum ditemukan.