INFOGRESIK – Sebuah pameran lukisan tak bisa lepas dari kurasi. Tak terkecuali dalam pameran damar kurung bertema ‘The Jumping City’ yang diadakan Yayasan Gang Sebelah di Sualoka.Hub, Jl. Nyai Ageng Arem-Arem Gg. II No. 20, Kampung Kemasan, Kabupaten Gresik.
Untuk melihat sisi di balik pameran, Yayasan Gang Sebelah menggelar program Curator Talk dengan tajuk “Bedah Dapur Kuratorial”. Acara ini bertujuan untuk mengungkap kerja kuratorial di balik penyelenggaraan pameran, mulai dari pemilihan tema, pemilihan karya, hingga bagaimana narasi kuratorial dibangun agar mampu menyampaikan gagasan yang kuat kepada publik.
Hidayatun Nikmah, sebagai kurator, memiliki peran utama dalam menyeleksi serta merancang bagaimana karya-karya tersebut akan dipresentasikan.
Perspektif gender yang dimilikinya menjadi aspek krusial, karena ia mampu menghadirkan nilai-nilai sosial yang sering kali tidak terlihat secara langsung dalam karya seni.
Anhar dan Suef sebagai seniman yang karyanya dipamerkan pun menyadari, bahwa sudut pandang Hidayatun Nikmah mampu mengungkap makna-makna tersembunyi yang sebelumnya luput dari perhatian mereka.
“Pemilihan karya Mas Anhar dan Mang Suef dalam pameran ini bukan hanya sekadar kebetulan, tetapi juga mempertimbangkan bahwa keduanya memiliki aktivitas yang sama dalam seni damar kurung,” ungkap Nikmah saat diskusi, Sabtu (15/3/2025).
Hal ini menjadikan karya-karya yang dipamerkan lebih kaya dalam makna dan warna baru bagi pengunjung.
“Jika dilihat dari karya mereka, tampak jelas bahwa karakter yang dihadirkan lebih dominan merepresentasikan maskulinitas, dengan narasi kepemimpinan yang kuat. Hal ini berkaitan dengan bagaimana konstruksi sosial menempatkan laki-laki sebagai pemimpin secara kodrat,” terangnya.
Semakin menarik, ketika kurator perempuan membaca karya seniman laki-laki dan memberikan perbedaan dalam sudut pandang. Sehingga membatasi maskulinitas dan membuka kemungkinan baru dalam interpretasi karya.
Senada, Ayos Purwoaji, seorang kurator, yang juga sebagai pembicara dalam diskusi ini menuturkan bahwa pendekatan antara kurator dan seniman menjadi elemen yang sangat penting dalam sebuah pameran.
“Hidayatun Nikmah dalam pameran ini bisa dikatakan berhasil menjadi kurator, melakukan pendekatan dengan kedua seniman, selalu berusaha membangun hubungan yang erat dengan para seniman, menggali lebih dalam makna serta proses kreatif di balik karya seniman. Melalui diskusi dan interaksi yang intens, ia tidak hanya memahami karya secara lebih mendalam, tetapi juga dapat menyusun narasi kuratorial yang lebih kuat dan bermakna,” ujarnya.
Sebelum melakukan Bedah Kuratorial, peserta pameran diajak untuk mengenang Masmundari melalui screening film Masmundari yang merupakan arsip Museum Mbah Masmundari.
Salah satu peserta Angga, yang suka dengan seni, merasa senang mengikuti acara ini, selain mendapatkan pengetahuan mengenai Masmundari. Dia juga dapat mengerti bagaimana Damar Kurung itu diaplikasikan.
“Senang tentunya ya, bisa ikut acara ini. Selain mendapat pengetahuan mengenai Masmundari, saya bisa paham apa itu Damar Kurung dan bagaimana diaplikasikan dalam bentuk sebuah seni,” ucapnya.