INFOGRESIK – Ojek online (ojol) telah menjadi layanan penting dan tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kini, di Gresik, Jawa Timur, hadir inovasi lokal dalam bentuk aplikasi ojol bernama Grivie.
Grivie menawarkan alternatif baru bagi masyarakat Gresik dengan melayani lima kecamatan di Gresik Utara, seperti Panceng, Ujungpangkah, Dukun, Sidayu, dan Bungah.
Aplikasi ini menyediakan berbagai layanan. Mulai dari ojek penumpang, pengantaran barang, pengantaran makanan, hingga pengambilan, dan pengantaran obat.
CEO Grivie, Jamal Abdullah, menjelaskan bahwa kehadiran aplikasi ini bertujuan untuk mempermudah mobilitas masyarakat yang kini semakin bergantung pada teknologi.
“Saat ini, kebutuhan akan layanan seperti ini semakin tinggi, sehingga kami meluncurkan Grivie,” ujarnya setelah peluncuran Grivie di Hoola Cafe, Desa Dalegan, Panceng, pada Sabtu (24/8/2024).
Jamal menjelaskan, Grivie dirancang untuk mempermudah masyarakat dalam berbelanja dan bepergian.
Dengan mengusung sistem kolaborasi, Grivie bekerja sama dengan ratusan outlet UMKM dan penyedia jasa lokal.
“Grivie lahir dari keinginan untuk membantu pedagang, UMKM, dan penyedia jasa di Gresik Utara agar mereka dapat beralih ke platform digital,” tuturnya.
Grivie sendiri telah memiliki 76 driver, bekerja sama dengan 400 outlet, serta sekitar 1.700 pengguna.
“Meskipun baru tiga pekan sejak peluncuran, jumlah mitra dan pengguna terus berkembang. Kami berkomitmen untuk menjangkau lebih banyak orang,” tambah Jamal.
Selain menawarkan berbagai layanan, Grivie juga memberikan keuntungan bagi driver dengan memberikan 90% dari total pendapatan layanan kepada mereka.
“Sementara kompetitor mungkin mematok bagi hasil 30% untuk perusahaan, kami hanya mengambil 10%, dan sisanya kami kembalikan kepada driver,” jelasnya.
Jamal mengakui bahwa membangun startup tidaklah mudah, namun dia berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan. “Saya ingin berkontribusi untuk daerah asal saya, Kabupaten Gresik,” ungkapnya.
Jamal, yang berasal dari Desa Sumurber, Kecamatan Panceng memulai proyek ini setelah kembali dari karir panjangnya di Bali.
Selama 14 tahun, dia bekerja sebagai ahli IT dan menyelesaikan berbagai proyek teknologi informasi. Meskipun belajar IT secara otodidak, ketekunannya membuahkan hasil.
“Alhamdulillah, ini merupakan hasil dari kerja keras, karena latar belakang saya hanya sebagai penjaga warnet pada tahun 2009,” tutup Jamal.