Ahmad Mujtabah, Kisah Petani Melon Tanpa Musim Asal Desa Dalegan

oleh Khanif Rosidin
Ahmad Mujtabah asal Desa Dalegan menunjukan buah melon hasil budidayanya. (Foto: Istimewa)

INFOGRESIK – Jika pada umumnya melon hanya ditanam di musim kemarau, maka ditangan Ahmad Mujtabah (23) petani muda asal Dusun Larangan, Desa Dalegan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik tanaman dengan nama latin cucumis melo itu dapat berbuah sepanjang tahun.

Cerita bermula ketika Tabah, sapaan akrab Ahmad Mujtabah, menempuh kuliah D3 jurusan Produksi Tanaman Holtikultura di Politeknik Negeri Jember, dirinya menggarap program smart green house di kampus.

Disana, Tabah bersama beberapa teknisi menjadi pioner program tersebut. Sebagai program rintisan, ia dan tim berhasil mengembangkan melon hidroponik.

“Setelah itu saya pulang, dan berpikir kenapa tanaman melon ini tidak di budidayakan di Gresik. Padahal iklim di Gresik sangat mendukung budidaya Melon,” ujar Tabah.

Tabah menjelaskan, pada dasarnya melon merupakan tanaman semusim. Artinya hanya bisa tumbuh dengan baik dalam satu tahun, yakni pada saat awal musim kemarau. Namun, dengan metode hidroponik substrat melon bisa tumbuh sepanjang tahun dan lebih tahan hama penyakit.

Metode hidroponik substrat merupakan budidaya tanaman dengan sistem hidroponik yangq berada green house. Sehingga tidak memerlukan tanah dan lahan yang subur.

Berkat metode tanam tersebut, tanaman Melon bisa tumbuh di segala musim dan hama penyakit menjadi lebih bisa di kontrol. Hal ini tentunya memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.

Saat ini, Tabah telah memiliki tiga green house berukuran 25×40 yang mampu menampung dengan baik 1.048 batang tanaman Melon.

“Peminat ekspor produk holtikultura juga sangat besar dari negara tetangga hingga ke Timur Tengah, namun sayangnya hingga saat ini belum bisa tercukupi lantaran suplai yang harus besar dan berkelanjutan. Kalau masalah kualitas mutu, hasil hidroponik pasti akan diterima,” jelas Tabah.

Namun, ditengah potensi yang sangat besar, seperti halnya petani yang lain, kendala juga masih ditemui Tabah dalam berkegiatan tani hidroponik.

“Di Kabupaten Gresik, untuk pertanian hidroponik masalah utamanya adalah mineral atau pupuknya. Di hidroponik yang diperlukan adalah mineral tunggal, sedangkan pupuk yang banyak dipasaran kebanyakan sudah campur dengan berbagai mineral,” terangnya.

Tidak berhenti disini, Tabah memiliki mimpi untuk memperluas metodenya dari hidroponik menjadi metode organik. Dengan metode organi, penanamannya seratus persen menggunakan bahan-bahan organik tanpa kimia dan pestisida.

“Di Indonesia hingga saat ini yang berhasil hanya ada satu, di daerah Tangerang, daerah beriklim panas sama dengan Gresik, jadi seharusnya Gresik juga bisa. Disamping itu, saya juga bercita-cita mendirikan sekolah pengangguran, dimana didalamnya kita membudidayakan Anggur,” ujarnya.

“Saya sering mengatakan kepada teman-teman, kalau saya bangga melihat teman-teman yang terjun di dunia pertanian baik di hulu maupun hilir. Ketika teman-teman yang muda ini mau terjun di pertanian, berarti secara tidak langsung teman-teman peduli dengan ketahanan pangan di Kabupaten Gresik. Ayo sama-sama kita kolaborasikan ketahanan pangan di Kabupaten Gresik, demi terwujudnya tanatan yang lebih baik,” tegasnya.

Berkat ketekunan dan inovasinya, Tabah akhirnya berhasil menjadi juara 1 dalam lomba Petani Muda Inovatif tahun 2022 yang digelar Dinas Pertanian Kabupaten Gresik beberapa waktu lalu.

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar