Ritukan, Tradisi Warga Ujungpangkah Bangunkan Sahur di 10 Hari Terakhir Ramadan

oleh Khanif Rosidin
Kemeriahan tradisi rintukan di depan Jami' Ainul Yaqin Ujungpangkah Gresik. (Foto: Ist/Infogresik)

INFOGRESIK – Memasuki 10 hari terakhir Ramadan, warga di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik punya cara tersendiri dalam membangunkan sahur.

Berbeda dengan tempat lainnya yang hanya ada patrol sahur, di Desa Pangkahwetan dan Pangkahkulon masyarakat membangunkan orang sahur dengan pawai seni budaya seperti jaranan, pencak macan dan reog. Tak lupa, suara alat musik dan lantunan sholawat turut mengiringi. Kegiatan membangunan sahur dengan cara tersebut disebut sebagai
tradisi ritukan.

Salah satu warga, Rohman mengatakan, ritukan menjadi magnet tersendiri. Kegiatan ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak lama. Ritukan digelar mulai pukul 01.00 dini hari hingga menjelang sahur.

“Warga berkumpul melihat aksi seni budaya, ini tiap akhir Ramadan. Kalau ada ritukan dengan meriah ini ya berarti sudah mendekati lebaran,” ujarnya, Rabu (12/4/2023).

Kegiatan ini, kata dia bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga, serta mempromosikan seni budaya tradisional yang ada di Ujungpangkah.

“Kami ingin memperlihatkan kepada masyarakat bahwa seni budaya tradisional yang ada di sini masih tetap hidup di semua kalangan,” tambah dia.

Sementara itu, Kepala Desa Pangkahwetan, Syaifullah Mahdi menyampaikan acara Ritukan diikuti oleh banyak warga setempat, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.

Mereka antusias mengikuti pawai seni budaya tersebut, dan merasa senang bisa bersama-sama menikmati suasana Ramadan yang penuh keceriaan.

“Ritukan di Pangkah sudah menjadi tradisi nenek moyang kita, saya ketika masih kecil sudah mengenal istilah ritukan,” ujarnya.

Bagi warga Ujungpangkah, kata Kades Sandi, ritukan merupakan momen berkumpul dan menikmati 10 hari terakhir Ramadan. Setelah itu, biasanya bersantap sahur bersama keluarga.

Secara tujuan, Ritukan merupakan kegiatan membangunkan orang tidur untuk sahur. Nah acara ini juga untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga, serta mempromosikan seni budaya.

“Sejak saya kecil ritukan jadi menjadi tradisi. Pada 3 tahun terakhir ada reog dan pencak macan serta seni budaya lainnya,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar