INFOGRESIK – Di tengah hiruk pikuk kawasan industri Kabupaten Gresik, Desa Kemudi di Kecamatan Duduksampeyan menawarkan pemandangan kontras yang menenangkan: hamparan air dan lumpur membentang sejauh mata memandang.
Dari total sekitar 800 hektare wilayah desa, hanya empat hektare yang menjadi rumah bagi 1.445 penduduk. Sisanya, 99 persen wilayah Desa Kemudi adalah tambak, menjadikannya salah satu sentra perikanan air tawar terbesar di Gresik.
Di desa ini, kehidupan berputar mengikuti siklus panen. Bandeng, udang vaname, dan mujair tumbuh subur, menyuplai kebutuhan pasar di Gresik dan wilayah sekitarnya. Tambak menjadi jantung ekonomi sekaligus denyut nadi utama masyarakat.
Kepala Desa Kemudi, Mochamad Lazin, menjelaskan bahwa sektor pertambakan menjadi tulang punggung penghidupan warganya.
“Sekitar 30 persen warga memiliki tambak sendiri. Sisanya, hampir 70 persen, bekerja sebagai buruh tambak, pekerja formal di pabrik, dan pegawai,” ujar Lazin, Senin (24/11/2025).
Baca juga: Canangkan Gemapatas, BPN Jatim Ajak Masyarakat Jaga Batas Tanah
Ketergantungan ekonomi ini membuat setiap musim panen menjadi momen krusial. Namun, di balik potensi yang melimpah, ada tantangan infrastruktur yang belum terselesaikan. Potensi ekonomi Kemudi belum bisa mekar sepenuhnya karena akses jalan yang masih belum tuntas.
Saat ini, fokus utama masyarakat dan pemerintah desa adalah percepatan realisasi pembangunan jalan alternatif Duduksampeyan–Betoyoguci sepanjang 10 kilometer, yang melintasi Desa Kemudi.
“Potensinya akan semakin besar jika nanti jalan alternatif Duduksampeyan–Betoyoguci sudah selesai,” kata Lazin penuh harap.
Menurutnya, akses jalan yang lebih baik bukan hanya memudahkan mobilitas, tetapi juga menjadi kunci kelancaran distribusi hasil tambak serta pembuka peluang usaha baru seperti warung, kios, hingga jasa di sepanjang jalur tersebut.
Jalur ini juga diprediksi menjadi rute vital bagi mobilitas pekerja dari Gresik Selatan menuju kawasan industri Manyar, yang otomatis akan menggerakkan roda ekonomi di Desa Kemudi.
Selain jalan, masalah teknis lain yang mendesak adalah normalisasi saluran irigasi. Pendangkalan di beberapa titik dikhawatirkan menghambat aliran air ke tambak dan dapat menurunkan produktivitas. Pengerukan dinilai penting untuk menjaga siklus panen tetap optimal.
Di sisi lain, Lazin menyampaikan apresiasi kepada Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani, yang telah memulai pembangunan jalan alternatif secara bertahap. Apresiasi juga diberikan atas pembangunan jaringan PDAM yang selama ini dinanti warga di desa-desa Kecamatan Duduksampeyan.
Bagi masyarakat Kemudi, perbaikan akses jalan dan irigasi bukan sekadar proyek fisik. Lebih dari itu, keduanya dipandang sebagai investasi masa depan desa—langkah konkret untuk mengoptimalkan potensi tambak dan memperkuat fondasi ekonomi yang didominasi sektor perikanan.
Mereka percaya, dengan akses yang terbuka lebar, desa yang hampir seluruh wilayahnya adalah tambak ini dapat memanen kesejahteraan yang lebih besar.
